TELEPON : 021 749-8780. MOBILE : 0812-1985-9687

Kamis, 29 Juli 2010

Semeru Surga Pendaki...

Gunung Semeru ( 3.676 m) merupakan gunung yang tertinggi di Pulau Jawa dan masuk dalam kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Taman Nasional ini terdiri dari pegunungan dan lembah seluas 50.273,3 Hektar. Terdapat beberapa gunung di dalam Kaldera Gn.Tengger antara lain; Gn.Bromo (2.392m), Gn. Batok (2.470m), Gn.Kursi (2,581m), Gn.Watangan (2.662m), dan Gn.Widodaren (2.650m). Terdapat empat buah danau: Ranu Pane, Ranu Regulo, Ranu Kumbolo, Ranu Darungan.

Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru masuk dalam 4 (empat) wilayah administrative Kabupaten, yaitu Kab. Probolinggo, Kab. Pasuruan, Kab. Malang dan Kab. Lumajang. Kawasan ini banyak dikenal oleh wisatawan asing maupun do­mestik, terutama kawasan Gn. Bromo.

Flora yang berada di Wilayah Gunung Semeru beraneka ragam jenisnya tetapi banyak didominasi oleh pohon cemara, akasia, pinus, alang-alang, dan Edelwiss putih. Edelwiss banyak terdapat di lereng-lereng disepanjang Jalur Pendakian Gn. Semeru. Dan juga ditemukan beberapa jenis anggrek. Konon satwa yang masih bisa dijumpai di kawasan ini termasuk: Macan Kumbang, Luwak, Kijang, Kancil, dll. Sedangkan di Ranu Kumbolo terdapat Belibis yang masih hidup liar.

Untuk menuju gunung yang tertinggi di Pulau Jawa ini jalur terpopuler adalah lewat Jalur Ranu Pane dan paling mudah dicapai adalah dari arah Malang dengan naik Colt jurusan Tumpang, kemudian menuju desa Ranupane (2.200 m) dengan melewati desa Gubug Klakah (1.100 m) dan Ngadas (2.000 m) dengan Truk atau Jeep. Desa Ranu Pane (2.100 m) adalah desa terakhir dan tempat pemeriksaan serta pos untuk melapor bagi para pendaki untuk naik, dan juga terdapat pondok pendaki untuk bermalam dan beristirahat. Ranu Pane perkampungan kecil, dng mayoritas pekerjaan penduduknya bertani sayur-sayuran. Selain terdapat Ranu Pane (ranu = danau), disebelahnya terdapat ranu yang bernama Ranu Regulo.

Perijinan

Ijin dari lembaga terkait harus dikantongi bila ingin mendaki Gn. Semeru. Ijin Pendakian bisa diperoleh langsung pada saat pendakian di: Kantor BKSDA Jl. Jendral A. Yani, kotak pos 54 Malang Telp. (0431) 491828. Tempatnya persis di sebelah Terminal Arjosari - Malang. Tidak ada persyaratan khusus selain copy Kartu Identitas (KTP, SIM, Kartu Pelajar, dll), tapi lebih baik melampirkan Surat Pengantar / Surat Jalan dari organisasi/institusi/klub ybs. Bagi yg belum berumur 17 tahun melampirkan Surat Ijin dari Orang Tua / Wali. Peraturan pendakian juga tidak seketat Taman Nasional Gede – Pangrango (TNGP), tapi tetep harus Keep Save, Keep Clean & Keep Green yah……!!!

Menuju Ranu Pane

Untuk menuju Base Camp Ranu Pane (2.200 mdpl), muaranya adalah di Kota Surabaya dan Kota Malang di Jawa Timur. Bila dari Jakarta, Bandung atau kota-kota lain di Jawa Barat – Banten atau Jawa Tengah bisa ditempuh dng Bus Antar Kota Antar Propinsi (AKAP) jurusan Surabaya. Dari Terminal Bungur Asih – Surabaya, diteruskan dng bus ke Terminal Arjosari – Kota Malang (sekitar 3 – 4 jam perjalanan). Bila menggunakan moda angkutan Kereta Api bisa langsung naik Kereta Ekonomi jurusan Jakarta – Malang yg melewati Yogyakarta, atau bisa juga naik kreta api ke Surabaya kemudian naik bus ke Malang. Bila menggunakan Angkutan Udara melalui Bandar Udara Juanda - Surabaya, diteruskan menuju Terminal Bus Bungur Asih – Surabaya, kemudian ke Malang naik bus. Waktu yg ideal untuk sampai di Malang adalah pagi hari dan bukan pada saat hari libur, sehingga bisa langsung mengurus perijinan dan sebelum tengah hari sudah bisa melanjutkan perjalanan menuju Ranu Pane. Pengurusan Ijin Pendakian bisa dilakukan langsung setelah sampai di Terminal Arjosari – Malang, Kantor BKSDA yg terletak di sebelah terminal. Menurut Wikipedia, ijin juga bisa di urus di Desa Gubuk Klakah (* perlu keterangan lebih lanjut).

Dari Terminal Arjosari – Malang, perjalanan dilanjutkan dng kendaraan umum menuju Tumpang (dng colt yg biasanya berwarna putih) ditempuh sekitar 45 menit. Dari Tumpang perjalanan dilanjutkan dng menumpang Jeep / Hardtop (disana biasa disebut Ranger) atau Truk Sayuran. Tarif bervariasi tergantung jumlah penumpang dan waktu perjalanan (semakin malam semakin mahal). Biasanya Ranger dijejali sekitar 20an penumpang bersama dng carrier masing-masing dng dikenai biaya antara Rp 10.000 – Rp 25.000 (tergantung jumlah penumpang – sistem carter). Dengan Jeep yg terbuka di bagian belakang, boro-boro bisa duduk, dng berdiri berjejalan satu sama lain dan dengan kondisi jalan sempit  yang berkelok-kelok di punggungan bukit plus sopir yg ga kenal kata “pelan” sudah mampu memompa andrenalin dan menjadi “pemanasan” sebelum pendakian dimulai.

Dari Tumpang melewati Desa Gubug Klakah menuju Basecamp Ranu Pane bisa memakan waktu 2 jam lebih tergantung kondisi jalan becek atau tidak.

Sesampai di Ranu Pane kita langsung menuju Pos Pemeriksaan untuk melapor. Tenda dikenai biaya Rp 20.000 / tenda, sementara kamera Rp 5.000 / kamera. Disini terdapat warung makan dan Pondok Penginapan. Di Ranu Pane kita jg bisa mencari Porter (warga lokal yg membantu mengangkut barang dan memasak, biasanya sekaligus sbg penunjuk jalan) bila diperlukan. Karena biasanya kita sampai di Basecamp Ranu Pane sore hari maka kita bermalam disini sebelum memulai pendakian esok harinya.

Selain melalui Kota Malang, Basecamp Ranu Pane jg bisa dicapai melalui Kota Lumajang (dr selatan), dng rute: Lumajang – Senduro – Burno – Ranu Pane yg memakan waktu 4 – 5 jam.

Pendakian Hari Ke-1: Menuju Ranu Kumbolo

Pendakian yang ideal menuju Puncak Mahameru (dan kembali lagi ke Basecamp Ranu Pane tentu saja) adalah 4 hari. Hari ke-1: Ranu Pane – Ranu Kumbolo, Hari ke-2: Ranu Kumbolo – Kalimati (atau Arcapada / Arcopodo), Hari ke-3: ke Puncak Mahameru – kembali ke Ranu Kumbolo, dan Hari ke-4: Ranu Kumbolo – Ranu Pane.

Catatan:

Pendakian Gn. Semeru termasuk Klas Ekspedisi dng waktu tempuh lebih dari 2 hari, sehingga diasumsikan dan diharapkan sebelum berpikir untuk mendakinya sang pendaki seharusnya sudah biasa mendaki gunung-gunung Klas “Week-End Warrior” alias yg bisa didaki di akhir pekan saja (2 hari pendakian). Misal: Gn. Lawu di perbatasan Jatim – Jateng, Gn. Merapi – Merbabu, Gn. Sindoro – Sumbing di Jateng, Gn. Gede – Pangrango dan Ciremai di Jabar, atau Gn. Baukaraeng di Sulawesi, Gn Marapi dan Dempo di Sumatera, dll. Lebih bagus lagi kalau sebelumnya mendaki Gn. Slamet (3.400 meter diatas permukaan laut/mdpl) di Purwokerto – Jawa Tengah yg merupakan Puncak Tertinggi ke- 2 di Pulau Jawa.

Dari Ranu Pane berjalan menyusuri jalan desa melewati ladang penduduk. Sesampainya di Gapura Selamat Datang, kita berbelok ke kiri ke arah perbukitan. Sedangkan jalanan desa yg lebar lurus menuju perladangan dan perkebunan sayur penduduk. Jalur pendakian termasuk landai melingkari perbukitan, tanjakan jarang dan tidak curam. Sebagian kondisi jalur di lereng bukit dng tebing di salah satu sisi dan jurang dangkal di sisi yg lain. Dibeberapa tempat kita harus melalui pohon-pohon yg tumbang dan menunduk melewati semak-semak yg menyerupai gua di atas kepala kita. Di beberapa bagian jalur pendakian terlihat alang-alang dan Edelweiss. Meskipun tidak ada penunjuk arah, tetapi jalur sangat jelas dan tdk bercabang-cabang serta ada patok-patok penanda jarak.

Secara umum perjalanan sungguh sangat menyenangkan. Semangat masih tinggi, tenaga masih penuh, logistic masih full, dan jalur pendakian tdk menyusahkan. Sungguh awal yg bagus setelah perjalanan yg cukup melelahkan dng kendaraan umum sampai ke Ranu Pane. Setelah sekitar 2 jam perjalanan, maka sampailah kita di kawasan Watu Rejeng. Jalur pendakian masih tetap sama, cukup landai dan teduh. Hanya sudut pandangan terbatas, karena kita berada di lembah atau lereng perbukitan.

Dari Watu Rejeng ke Ranu Kumbolo bisa ditempuh dalam waktu sekitar 2 jam jg. Kondisi jalur masih sama, hanya menjelang bukit terakhir sebelum tikungan ke arah Ranu Kumbolo, jalur menanjak lumayan tajam. Pada akhir tanjakan barulah kita mendapatkan pemandangan yg cukup luas. Yang paling menarik tentu saja kearah kanan dimana danau luas dan tenang terhampar kebiru-biruan membuat terpesona siapa saja yg melihatnya. Itulah Ranu Kumbolo, danau di antah berantah yg dirindukan para pendaki gunung di seluruh negeri. Bagi yg belum melihatnya terbayangkan segala cerita indah tentangnya serta misteri yg kadang dihembus-hembuskan. Bagi yg pernah kesana, terbayang indahnya pemandangan serta sejuk airnya yg menyegarkan, membangkitkan gairah pendakian yg mulai menurun.

Dari tikungan menuju Pos Ranu Kumbolo sebetulnya tidaklah dekat, konon luas Ranu Kumbolo 14 ha. Meskipun jelas terlihat, namun dng menyusuri pinggiran ranu Pos Pendakian Ranu Kumbolo ditempuh sekitar 30 menit. Di tempat ini kita bisa menjumpai Pondok Pendakian yg cukup tertutup dan enak untuk beristirahat dan berlindung dari hawa dingin dan angin, tapi diwaktu-waktu tertentu (terutama malam tahun baru dan 17 an) pos ini sdh pasti penuh pendaki. Tetapi jangan khawatir, karena tempat ini datar dan luas sehingga sangat mudah mendirikan tenda.

Total perdakian dari Ranu Pane ke Ranu Kumbolo sekitar 4 jam. Bila berangkat pagi hari dari Ranu Pane sekitar tengah hari sudah sampai di Ranu Kumbolo (2.400 mdpl). Beberapa rombongan (yg kuat) setelah beristirahat secukupnya langsung melanjutkan perjalanan menuju Pos Kalimati (2.700 mdpl). Perjalanan Ranu Kumbolo ke Kalimati memakan waktu sekitar 4 jam jg. Tapi… tunggu dulu…..!!!

Kenapa coba kita tergesa-gesa meninggalkan Ranu Kumbolo yg indah ini? Ada pepatah: “Life is a journey, not a destination” brothers… and sisters ….., “Hidup ini sebuah perjalanan, bukan sebuah tujuan”. Nah tapi kata iklan BMW: “Apa gunanya menyatakan hidup ini sebagai sebuah perjalanan, kalau kita tidak mau berhenti sejenak untuk menikmati indahnya perjalanan itu?”

Trus apa hubungannya sama pendakian kita? Nah, bukankah lebih nikmat kalau kita tdk tergesa-gesa “hanya” untuk mengejar “puncak”?

Kalau Orang Jawa bilang: “Urip kuwi mung mampir ngombe” (Hidup ini ibarat orang mampir minum). Tapi bukankah lebih nikmat kalau kita mampir minumnya itu minum kopi susu – bkn sekedar mampir minum air putih? Atau yg suka jahe mampir minumnya susu jahe? Kenapa coba sudah jauh-jauh datang ke Gn. Semeru, menempuh ratusan bahkan ribuan kilo kalau tdk kita nikmati perjalanannya? Kalau alasannya waktu yg mepet, yah… tolong deh kalau niat ke Gn. Semeru pas punya waktu yg bener-bener cukup yah… biar ga nyesel.

Kembali ke………. Jalur Pendakian.

Bila sampai di Ranu Kumbolo sekitar tengah hari, maka kita punya banyak waktu untuk mendirikan tenda dan kegiatan – kegiatan menyenangkan lainnya. Karena di pinggiran Ranu Kumbolo ini tempatnya luas dan datar, maka dng leluasa kita bisa memilih tempat untuk mendirikan tenda. Jangan lupa membawa kail dan senar pancing, joran bisa kita pakai dahan-dahan pohon yg banyak berjatuhan di lokasi. Lokasi memancing yg biasa digunakan hutan disebelah timur ranu, tapi mohon berhati-hati karena tempat ini biasa digunakan untuk buang hajat. Kalau tdk hati-hati bisa-bisa menginjak “ranjau darat”. Memang tdk mudah mendapatkan ikan disini, tapi bagi yg hobi mancing… wah… bisa-bisa jd males ke puncak. Berenang di ranu tentu saja mengasikkan jg. Tapi kalau mandi dan berkegiatan disini dihimbau untuk tdk memakai odol, sabun mandi, sabun cuci, dan bahan-bahan berdetergent lainnya agar tdk membikin polusi ranu.

Tapi ada sesuatu yg penting dibalik istirahatnya kita seharian di Ranu Kumbolo, yaitu Aklimatisasi alias menyesuaikan diri dng ketinggian. Mountain Sickness bisa sj mulai menampakkan gejala-gejalanya ketinggian spt ini, apalagi bagi kita-kita yg biasa hidup di lembah atau kota-kota dekat pantai yg notabene berketinggian hampir 0 meter di atas permukaan laut. Udara yg kadar oksigennya semakin naik semakin berkurang ditambah dinginnya tentu sangat berbeda dibandingkan tempat tinggal kita. Disinilah aklimatisasi diperlukan tubuh kita untuk bekerja ‘normal’.

Pendakian Hari Ke-2: Menuju Arcopodo

Setelah puas menikmati suasana Ranu Kumbolo, di hari kedua siap-siap melakukan pendakian yang cukup panjang. Jangan lupa mengisi cadangan air secukupnya. Bila bangun pagi-pagi di Ranu Kumbolo bisa melihat Sunrise mengintip diantara dua bukit di seberang ranu. Pendakian dimulai di pagi hari. Tantangan pertama langsung berada didepan mata: Tanjakan Cinta. Sebuah tanjakan tajam kurang lebih bersudut 60 derajat menanti siapa saja yang mau kepuncak. Tanjakan ini cukup panjang, hanya segelintir orang yang bertekad kuat yang bisa melaluinya tanpa berhenti dari bawah ke atas. Nah mungkin karena itu juga ada kepercayaan bahwa siapa saja yang sedang melakukan pendekatan terhadap lawan jenis dan memohon keberhasilan di tanjakan ini, serta mampu melalui tanjakan ini tanpa berhenti dan tanpa menengok ke belakang, maka cintanya akan dikabulkan. Itulah sebabnya tanjakan ini disebut Tanjakan Cinta. Hayo siapa yang mau coba?

Setelah berhasil sampai diatas, bolehlah kita mengambil napas dalam-dalam dan beristirahat sambil menikmati pemandangan indah Ranu Kumbolo dibelakang. Dari sini jalur menurun dan memasuki padang rumput yang disebut Oro-Oro Ombo, yang kurang lebih artinya = Padang yang Luas.

Karena masih pagi, maka tidak masalah berjalan di padang ini. Panas matahari belum terlalu menyengat. Bahkan bila sempat berphoto disini akan menghasilkan gambar-gambar yang khas Gn. Semeru. Tak berapa lama kita akan memasuki hutan, kemudian berbelok ke kanan kearah padang Edelweiss. Kemudian kita akan masuk ke Cemoro Kandang. Tentu saja disini hutannya berupa pohon-pohon Cemara. Dari sini Puncak Mahameru, atap P. Jawa kelihatan di kejauhan. Kepundan Gn. Semeru yang terus aktif tampak memuntahkan abu volkanik ke udara setiap 15 – 30 menit sekali.

Sungguh pemandangan yang sangat langka dan mengagumkan. Mungkin diseluruh permukaan Bumi ini hanya disinilah kita bisa menyaksikan fenonema seperti ini. Pemandangan ini memacu semangat untuk mempercepat langkah menuju puncak.

Berbelok kekiri kita akan memasuki wilayah Kalimati. Disini terdapat shelter pendakian. Total perjalanan Ranu Kumbolo – Kalimati sekitar 4 jam. Biasanya para pendaki menggunakan Pos Kalimati sebagai Flying Camp kedua sebelum ke puncak. Tetapi bagi yang cukup kuat dianjurkan untuk meneruskan perjalanan menuju kawasan Arcopodo, sekitar 1 - 2 jam perjalanan dari Kalimati, untuk memperpendek jarak ke puncak esok harinya.

Bila jalur pendakian dari ranu Kumbolo menuju Kalimati relative masih datar memutari bukit-bukit, maka dari Kalimati menuju Arcopodo dimulailah “pendakian yng sebenarnya”. Jalur menanjak cukup tajam. Melintasi punggungan-punggungan bukit kita berada ditengah hutan yang cukup rimbun.

Sesampainya di Arcopodo, ada beberapa tempat datar yang cukup luas untuk mendirikan tenda. Disini bisa dijumpai marmer-marmer peringatan bagi pendaki-pendaki yang gugur dalam usahanya merayapi puncak Gn. Semeru. Plakat-plakat ini seolah-olah memberi gambaran betapa mendaki atap P. Jawa ini bukanlah kegiatan iseng belaka. Bahkan orang-orang yang cukup pengalaman dan siap sekalipun bila tidak berhati-hati dan bijak, bisa jadi korbannya. Mungkin karena letaknya yang sudah cukup tinggi, maka suhu disini cukup dingin. Selepas tengah malam bisa mencapai 5 – 10 derajat Celcius. Mungkin karena hal ini banyak korban meninggal didaerah ini. Arcopodo terletak 2.900 mdpl. Lagipula Mountain Sickness kemungkinan sudah menyerang di ketinggian ini.

Yang perlu diperhatikan dalam mendirikan tenda disini adalah tanah yang cukup labil. Carilah tempat yang tanahnya keras untuk mendirikan tenda untuk menghindari longsor.

Pendakian Hari Ke-3: Menuju Puncak dan Kembali ke Ranu Kumbolo

Bila nge-camp di Kalimati seharusnya kita berangkat pagi-pagi sekali menuju puncak. Pendakian dari Kalimati ke puncak bisa memakan waktu 3 – 5 jam. Sunrise bisa dinikmati disekitar Arcopodo.

Bila nge-camp di Arcopodo, maka perjalanan ke puncak lebih ringan. Bila berangkat subuh, Sunrise kemungkinan bisa dinikmati di Puncak Mahameru, sungguh mengagumkan. Ada keuntungan lain berangkat subuh, yaitu jalur pendakian di kendit selepas Plawangan lebih mudah dilalui, karena pasir kerikil dan debu volkanik yang dilalui masih cukup basah dan padat. Hanya tentu saja perlu disiapkan baju hangat yg cukup karena suhu dipuncak tentu saja bisa dibawah 10 derajat Celcius, Bbrrrrrrrrrrrrrrrrrr.

Yang enak tentu saja Summit Attack dengan beban seperlunya: daypack kecil + kamera + minum + makanan seperlunya. Melewati hutan perdu Arcopodo kita akan naik ke perbatasan hutan – kendit (daerah berbatu dan pasir volkanik). Di Plawangan kita akan melihat 2 buah pohon cemara, sehingga tempat ini dinamakan Cemoro Kembar. Dari sini jalur pendakian berpasir dan kerikil. Ga perlu ragu2 merangkak kalo perlu… ahahahahahha… emang kemiringannya lumayan terjal. Setelah berkutat dengan jalur berpasir, sedikit membelok ke kanan di ujung tanjakan kita akan sampai ke atap Pulau Jawa, Puncak Mahameru. Luegaaaaaaaaaaaaaaaaaaa……

Takjub tentu saja melihat hamparan kawasan puncak yang menjulang diatas awan. Sayup-sayup dikejauhan Gn. Bromo yang eksotik tampak mengepulkan asap. Pegunungan disekitarnya memancarkan pesona kahyangan. Konon inilah penggalan Puncak Nirwana – Puncak gunung di kahyangan yang dibawa dewa-dewa ke bumi untuk mencegah Pulau Jawa hanyut terapung di laut.

Tiba-tiba, Jegerrrrrrrrrrrrrrr………. Di sebelah kanan puncak, Kawah Jonggring Saloko memuntahkan debu dan material volkanik sekitar 100 meter ke udara. Hah…………. Bikin kaget saja….

Letusan Kawah Jonggring Saloko yang berinterval 15 – 30 menit sekali secara terus menerus memang merupakan fenonema unik Gn Semeru. Mungkin ini satu-satunya di seluruh permukaan Planet Bumi ini. Jangan lupa berpose photo dengan latar Letusan ini, asal sabar pasti hasilnya memuaskan.

Selain hamparan luas lapangan berpasir dipuncak, kita juga disambut beberapa plakat peringatan para pendaki yang gugur disini, yang terkenal tentu saja plakat Soe Hok Gie.

Yang perlu diperhatikan di kawasan puncak selain udara dingin adalah arah angin, bila angin bertiup dari arah Kawah Jonggring Saloko ke puncak, lebih baik menyingkir karena berbahaya. Zat-zat beracun dan berbahaya terbawa letusan dan bisa mengakibatkan kejadian fatal.

Berada di ketinggian 3.760 meter diatas permukaan laut tentu merupakan pengalaman spiritual yang tak terlupakan. Ditambah perjuangan selama 3 hari mengayunkan kaki – kaki kecil kita, tentu menimbulkan kepuasan dan kebanggaan yang tak terkira. Duduk di Atap Pulau Jawa sambil minum (dan atau merokok) serta berbincang-bincang dengan teman seperjalanan bisa membuat segalanya menggembirakan. Berpuas-puas diri sambil berphoto-photo adalah moment yang wajib dilakukan. Hah……………… ok…. Setelah cukup marilah kita turun lagi. Wuah….. setelah meluruskan badan dan meregangkan otot (ada yang menikmati hisapan terakhir rokoknya), kita melangkah turun. Karena sudah terkena sinar matahari, maka jalur menjadi lunak dan berdebu. Hati-hati saja jangan sampai batu yang berguguran menimpa teman yang dibawah.

Melewati Cemoro Kembar, segera kita masuk ke hutan lagi. Sinar mentari menerobos daun-daun. Sampai di Arcopodo kita berbenah. Membereskan tenda dan peralatan lainnya. Perjalanan Arcopodo – Kalimati sekitar 45 menit – 1 jam. Kemudian kita berbelok ke kanan melalui shelter pendakian menuju Cemoro Kandang. Dari sini kita akan melalui hutan dan kemudian kembali ke padang rumput Oro-Oro Ombo. Bila cuaca mendukung, sebelum gelap kita sudah berada di Ranu Kumbolo kembali. Beristirahat semalam disini, layak kita nikmati setelah ke Puncak Mahameru.

Pendakian Hari Ke-4: Kembali ke Ranu Pane

Perjalanan kembali ke Ranu Pane tidaklah sukar, meskipun tentu saja ini yang terpenting dari semua etapenya. Hahahhahah….. kan semua pengin perjalanan lancar dan selamat kembali ke basecamp dan rumah. Rute menuju Ranu Kumbolo dari Ranu Pane dan sebaliknya mempunyai kesulitan yang sama. Jadi total perjalanan kembali ke Ranu Pane juga sekitar 4 jam. Meskipun kaki sudah lelah tapi karena tidak banyak tanjakan yang tajam, jadi perjalanan aman-aman saja.

Berikut ringkasan Rute Perjalanan Jalur Ranu Pane:

   1. Lewat Malang
      1 Malang - Tumpang <18 km> 45 mnt
      2 Tumpang - Gubugklakah <12 km>  60 mnt
      3 Gubugklakah - Ranu Pani / Base Camp (2.200 M) <17 km> 90 mnt
      4 Ranu Pani - Watu Rejeng <7 km> 2 jam
      5 Watu Rejeng - Ranu kumbolo (2.400 M) <6 km> 2 jam
      6 Ranu Kumbolo - Oro oro Ombo 1 jam
      7 Oro-oro Ombo - Cemoro Kandang 75 mnt
      8 Cemoro Kandang - Kalimati (2.700 M) 75 mnt
      9 Kalimati - Arcopodo (2.900 M) <1 km> 90 mnt
      10 Arcopodo - Puncak Mahameru (3.676 M) <1,32 km> 3 jam

   2. Lewat Lumajang
      1 Lumajang - Senduro <25 km> 1 jam
      2 Senduro - Burno <14 km> 50 mnt
      3 Burno - Ranu Pane <29 km> 3 jam
      4 Ranu Pani - Watu Rejeng
      5 Watu Rejeng - Ranu Kumbolo
      6 Ranu Kumbolo - Kalimati <11,5 km> 4 jam
      7 Kalimati - Arcopodo
      8 Arcopodo - Puncak Mahameru

Sebagai gunung tertinggi di Pulau Jawa, Gn. Semeru juga merupakan salah satu Gunung Api yang terindah di Indonesia. Bersama Gn. Bromo dan Gn. Tengger, namanya sudah mendunia. Selain itu ini salah satu gunung yang mempunyai danau di Jalur Pendakiannya sehingga menambah keindahan dan daya tariknya. Tak bisa dipungkiri Gn. Semeru merupakan magnet yang sangat kuat bagi para Pendaki Gunung, Petualang, Penikmat Alam dan juga Ilmuwan.

Tetapi karena Gn. Semeru merupakan “Free Standing Mountain” alias berdiri sendiri tanpa ada gunung lain yang hampir sama ketinggiannya di dekatnya (bandingkan dengan Merapi – Merbabu, Sindoro – Sumbing, Gede – Pangrango, Arjuno – Welirang), maka Gn. Semeru “menerima langsung” hembusan angin dari segala arah. Hal ini kemungkinan mengakibatkan cuaca yang gampang berubah dan susah diprediksi. Kecepatan angin yang tinggi bila dikombinasikan dengan hujan lebat bisa membentuk badai yang membahayakan pendakian. Tak heran suhu yang dingin yang diwaktu-waktu tertentu mendekati titik beku harus menjadi perhatian serius. Hypothermia disinyalir merupakan salah satu sebab pokok meninggalnya para korban di gunung ini.

Selain Hypothermia, Mountain Sickness adalah problem yang selalu mengintip setiap pendaki, terutama kawasan Kalimati ke atas.  Berjalan dari Kalimati di ketinggian 2.700 mdpl terus menanjak tajam melalui Arcopodo (2.900 mdpl) kemudian menuju Puncak Mahameru (3.676 mdpl) tentulah menuntut phisik prima dan organ-organ tubuh yang siap bekerja di udara berkadar oksigen lebih tipis dan tekanan udara yang berbeda dengan tempat tinggal kita sehari-hari. Jadi menikmati dan beristirahat di Ranu Kumbolo di hari pertama harusnya cukup membantu kita melakukan aklimatisasi atau penyesuaian diri dengan lingkungan di ketinggian.

Last but not least:

1 komentar:

Anonim mengatakan...

thanks for information about MT SEMERU

Posting Komentar

Telepon : 021 749 - 8780. Mobile : 0812 - 1985 - 9687 outbound,penyelenggara outbound,outing,gathering,sarana petualang,arung jeram

Photobucket   

Saung GOA on Facebook
Berbagi di Facebook Bagikan