TELEPON : 021 749-8780. MOBILE : 0812-1985-9687

Senin, 19 Oktober 2009

Menggapai Malalak Pasca Gempa Sumatera

Setelah dua minggu gempa 7,9 pada skala richter yang menggoyang Sumatera Barat (Sumbar) diyakni tidak ada lagi daerah yang terisolir akibat tertutup longsor. Namun tidak serta-merta jalan menuju daerah-daerah terparah terkena gempa tersebut mudah didatangi.

Malalak contohnya. Salah satu kecamatan di Kabupaten Agam yang paling parah terkena dampak gempa ini tidak mudah dicapai. Baru tiga hari setelah bencana besar itu datang Malalak dapat ditembus oleh TNI dan Tim SAR. Segera bantuan yang masih minim pun mengalir ke lokasi ini.

Sama halnya dengan banyak kecamatan lain di utara Sumatera Barat yang terletak di pegunungan, Malalak dikeliling pula oleh dataran-dataran tinggi yang rawan longsor. Kontur bukit berupa tanah dan batuan muda berbeda dengan Lembah Anai terdiri bebatuan tua membuat perbukitan di Malalak mudah rontok. Bahkan tanpa gempa pun, daerah yang juga rawan terkena galodo (sebutan Minang untuk banjir bandang), sering terjadi.

Di hari ke-15 pascagempa, dua truk ukuran kecil yang disewa PT Petrokimia Gresik penuh dengan barang bantuan, dikawal dua mobil bak terbuka yang salah satu baknya ditutup terpal menyusuri jalan alternatif Bukittinggi-Padang melalui Malalak yang masih dalam tahap penyelesaian. Saat itu sudah hampir gelap, mendung menggantung di atas perbukitan yang mengelilingi Malalak. Kabut putih pun semakin tebal sehingga dapat mengganggu jarak pandang. Sementara jauh dibawah kaki bukit samar-samar tampak menyemut rumah-rumah warga, hamparan sawah, dan sungai-sungai kecil yang meliuk bagaikan cacing.

Sebelumnya sekitar pukul 16.00 WIB, seorang pemasok alat berat yang ditemui di sebuah warung kopi sebelum memasuki Malalak mengabarkan bahwa longsor baru saja menutup akses jalan dari arah Bukittinggi.

"Tapi tenang sedang dikerjakan sekarang. Ratusan alat berat ada di sana, sebentar juga longsoran tanah bisa disingkirkan," ujar dia.

Perkataannya memang benar, longsor segera dapat diatasi satu jam kemudian. Namun akibat longsor sebelumnya jalan yang baru masuk proses pengerasan tersebut hanya menyisakan satu ruas jalan ditutupi tanah merah di beberapa titik.

Truk pengangkut bahan bantuan terkadang harus bergantian atau pun berpapasan dengan truk-truk proyek pengangkut batu. Tidak jarang rombongan harus berjalan sangat perlahan mengingat di sebelah kiri jalan merupakan jurang yang dalamnya puluhan meter, sedangkan disebelah kanan adalah tebing tanah yang terjal dan rawan longsor.

Jarak ban mobil dengan jurang di sebelah kiri tidak sampai setengah meter, sedangkan jarak dengan tebing tanah di sebelah kanan pun hanya menyisakan sekitar 30 sentimeter.

Karena puncak tebing terkadang tertutup kabut putih tebal maka sang pemasok pun berpesan, "Karena puncaknya kadang tak terlihat perhatikan saja tanda-tandanya, kalau mulai ada serpihan batu atau tanah kecil berjatuhan itu berarti longsor".

Malam kian menyelimuti dan hanya menyisakan sedikit ruang pandang saat rombongan memasuki kecamatan tersebut sekitar pukul 18.30 WIB. Sebuah papan putih berukuran besar bertuliskan "Jalan Tertutup Bagi Umum Saat Hujan dan Malam" terpasang sesaat sebelum memasuki desa pertama di Malalak. Artinya, rombongan pembawa bantuan ini yang terakhir melalui jalur rawan longsor tersebut. Jalan desa becek terkena tanah merah longsoran yang terbawa air hujan. Sebagian bahkan tergenang air hingga 10 hingga 15 sentimeter. Beberapa rumah warga yang runtuh atau pun rusak berjajar di sisi jalan, sebagian lagi masih utuh berpenghuni dengan lampu seadanya menyala di dalamnya.

Kantor Kecamatan yang dituju, namun ternyata tidak mudah mencari dalam kondisi gelap dengan minim petunjuk. Hingga akhirnya rombongan menyerah setelah melewati jembatan darurat terbuat dari kayu dengan gemuruh air sungai di bawahnya dan tebing-tebing tinggi di samping kanan dan kiri.

"Kita tidak mungkin kembali lagi, jalannya terlalu terjal dan bahaya. Lebih baik kita berhenti dan mobil kecil saja yang mencari Pak Camat," ujar staf PT Petrokimia Gresik, Nasrizul.

Keputusan itu diambil setelah rombongan bertemu warga Jurong Nyiur, Sinur, di warung yang menjadi satu dengan rumahnya yang sudah retak-retak.

"Kecamatan sudah lewat. Ada di balik bukit itu," ujar Sinur sambil menunjuk bukit yang baru saja di lalui rombongan.

Sekitar pukul 20.30 WIB bantuan baru dapat diturunkan. Dalam waktu satu jam beras, gula, mie instan, biskuit, susu cair, selimut, tabung gas beserta isinya, kompor gas telah berpindah di kantor Wali Jurong Nyiur oleh warga.

Mengetahui bantuan datang ke jurongnya, warga satu per satu menghampiri kantor wali jurong. Mereka tampak senang melihat banyaknya bantuan yang dibawa. Sebelumnya Sinur mengatakan bantuan yang datang ke Malalak memang sudah mengalir namun dalam jumlah yang sedikit.

Tidak heran petani tua warga Jurong Nyiur, Agus (59), yang dinding rumahnya ikut roboh diguncang gempa menyampaikan rasa terima kasihnya pada rombongan yang membawa bantuan ke kampungnya.

"Pemerintah perhatian ya sama kita. Mereka mau membantu meski jauh," ujar Agus yang menyangka bantuan kali ini juga berasal dari pemerintah. Setelah diterangkan bahwa bantuan ini didatangkan oleh sebuah pabrik pupuk di Surabaya, Agus langsung mengangguk-anggukan kepalanya sambil berkata, "Surabaya, jauh sekali".

Agus dan puluhan warga Jurong Nyiur yang tiba-tiba muncul dari dalam kegelapan setia menanti proses penurunan bantuan. Seolah mereka tidak mau sampai terlewatkan menerima bantuan-bantuan tersebut. Sebelum rombongan memohon diri, Camat Malalak, Herman mengatakan akan membagikan bantuan tersebut secara merata bagi korban gempa dan longsor di daerahnya keesokan harinya.

Malalak, menurut Bupati Agam, Aristo Munandar, merupakan wilayah terparah terkena dampak gempa. Bahkan masih ada puluhan warga Malalak yang berbatasan dengan wilayah Tandikek di Padang Pariaman tertimbun dan tidak dapat dievakuasi terpaksa dijadikan kuburan masal.

Aristo mengatakan 80 orang warganya tewas dan 12.334 rumah warganya rusak berat. Diperkirakan kerugian mencapai Rp460 miliar.

0 komentar:

Posting Komentar

Telepon : 021 749 - 8780. Mobile : 0812 - 1985 - 9687 outbound,penyelenggara outbound,outing,gathering,sarana petualang,arung jeram

Photobucket   

Saung GOA on Facebook
Berbagi di Facebook Bagikan